“Le, jenguk Bu lekmu. Kondisinya sudah parah, takut ndak nututi”
(Tolong jenguk tantemu, takutnya tidak berkesempatan ketemu lagi nanti)
Begitu kata ibu mertua kepada suami saya.
Beberapa bulan yang lalu kami masih bertemu dengan Bu lek dalam keadaan sehat walafiat. Meskipun pada waktu itu katanya beliau sedang sakit, entah sakit apa. Katanya terdapat benjolan yang keras di payudaranya tapi tidak sakit.
Belakangan beliau memeriksakan diri ke dokter dan mengetahui bahwa sakitnya adalah kanker payudara. Yang lebih mengejutkan ternyata penyakitnya ini sudah memasuki stadium 4. Sayangnya, Bu lek memutuskan untuk tidak melanjutkan perawatan ke dokter. Beliau lebih memilih menjalani pengobatan alternatif.
Saya melihat ketakutan dan keputus asaan di wajahnya. Beliau mengumpulkan informasi dari temannya yang juga divonis kanker dan sudah mengalami pengobatan. Dari ceritanya, terlihat beliau merasa takut dan berpikir bahwa melakukan pengobatan ke dokter akan percuma.
Sebagai saudara, kami tidak mampu mengubah pikiran beliau.
Terakhir kali bertemu, beliau sudah terbaring lemah tak berdaya di atas kasur. Tidak bisa berjalan atau pun duduk, Suaranya pun amat kecil. Sepertinya sudah tinggal menunggu waktu.
Saya amat prihatin dengan keadaan ini. Andai saja Bu lek dan orang-orang di sekitarnya mengerti tentang kanker payudara, tentu tidak akan terlambat membawanya pergi ke dokter, tentu tidak akan selambat ini mendeteksi hingga stadium 4.
Andai Bu lek dan orang sekitarnya mengetahui bahwa kanker payudara adalah jenis kanker terbanyak yang diderita orang Indonesia, dan merupakan jenis penyakit pembunuh kedua terbesar setelah penyakit jantung, pasti mereka tidak akan meremehkannya.
Kanker Payudara di Indonesia
Kanker payudara masih menjadi permasalahan di dunia. Menurut data A Cancer Journal of Clinicians 2021, ada sekitar 2,3 juta kasus baru kanker payudara pada wanita di tahun 2020. Jumlah ini merupakan 11,7% dari semua kasus kanker baru. Jumlah ini mengalahkan kanker paru yang paling sering di diagnosis di dunia.
Sedangkan di Indonesia, kasus baru kanker payudara tahun 2020 menempati posisi teratas. Berdasarkan data International Agency for Research of Cancer (IARC) dari World Heatlh Organization (WHO), ada 65.858 kasus baru kanker payudara atau sebesar 16,6% dari semua kasus kanker baru di Indonesia.
Penderita utama kanker payudara adalah wanita. Kanker payudara menjadi 30,8% penyakit yang didiagnosis pada wanita di tahun 2020 dari semua kasus baru kanker.

Globocan 2020
Selain tingkat diagnosis yang tinggi, tingkat kematian kanker payudara juga menempati posisi tertinggi. Dari 65.858 kasus, terdapat 22.430 kematian atau sebesar 9,6% dari semua kasus kanker payudara.
Apa itu Kanker Payudara?
Kanker payudara adalah suatu penyakit di mana terdapat sel ganas pada jaringan payudara. Sel ganas ini dapat menyebar ke jaringan, organ atau bagian tubuh lainnya.

https://www.cancer.gov
Anatomi payudara wanita bagian dalam terdiri dari lobus dan duktus. Biasanya terdapat 15-20 lobus di dalam payudara wanita. Lobus dibagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi bernama lobulus. Lobulus berakhir di gelembung-gelembung kecil yang dapat menghasilkan air susu. Air susu kemudian disalurkan ke puting melalui saluran-saluran kecil bernama duktus.
Sel kanker umumnya berkembang dibagian duktus dan lobulus. Ada dua sifat sel kanker yaitu noninvasif atau in-situ dan invasif (sel kanker ganas). Berdasarkan lokasi berkembangnya dan sifatnya, kanker payudara dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Karsinoma Duktal in-situ
Kanker payudara ini termasuk jenis yang tidak mengancam nyawa, masih bisa disembuhkan. Namun jika terlambat penangannya bisa menjadi kanker ganas yang menyebar ke jaringan lainnya. Karsinoma duktal in-situ bermula dari saluran air susu atau duktus.
2. Karsinoma Lobular in-situ
Karsinoma lobular in-situ tidak termasuk sel kanker, dia hanya berupa jaringan abnormal yang berkembang di jaringan lobulus. Jenis kanker payudara ini juga dinamakan neoplasia lebular. Meski bukan sel kanker, jika seseorang didiagnosis karsinoma lobular in-situ, maka ia akan beresiko mengalami kanker payudara invansif di kemudian hari.
3. Karsinoma Duktal Invasif
Ini adalah jenis kanker payudara yang paling umum terjadi. Sel kanker bermula dari duktal, lalu kemudia sel kanker yang ganas tersebut menerobos dinding duktal dan menyebar ke jaringan payudara lainnya. Dari situ, sel kanker dapat terus menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui kelenjar getah bening dan aliran darah.
4. Karsinoma Lobular Invasif
Kanker payudara jenis ini lebih sering terjadi pada wanita usia 45-55 tahun, namun kanker ini bisa terjadi pada wanita usia berapa pun. Berbeda dengan karsinoma duktal Invasif yang bisa terjadi pada 8 dari 10 kasus kanker payudara, karsinoma lobular invasif dapat terjadi pada 1 dari 5 kasus kanker payudara.
Penyebaran kanker ini bermula dari jaringan lobulus yang kemudian menyebar ke jaringan terdekatnya, bahkan ke jaringan tubuh lainnya. Jenis kanker ini biasanya sulit dideteksi melalui pemeriksaan fisik atau pun mammografi. Petugas kesehatan memerlukan tes lainya seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI )payudara.
Penyebab dan pencegahan
Pencegahan kanker payudara adalah tindakan yang dilakukan untuk memperkecil kesempatan terjadinya kanker payudara. Dengan tindakan pencegahan, diharapkan kasus kanker payudara menurun sehingga angka kesakitan dan kematian karena kanker payudara dapat ditekan.
Kanker tidak muncul dengan sendirinya, tapi ada faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kanker. Mulai dari gaya hidup, riwayat genetik, dan lingkungan sekitar. Kanker terjadi dari kombinasi faktor-faktor tersebut.
Apa pun yang dapat meningkatkan terjadinya kanker, disebut sebagai faktor resiko, dan apa pun yang dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kanker, maka disebut faktor protektif. Menghindari faktor resiko dan meningkatkan faktor protektif, dapat mencegah terjadinya kanker.
Faktor Resiko Kanker Payudara
- Usia. Semakin tua usia, semakin tinggi resiko terkena kanker payudara.
- Riwayat pribadi kanker payudara atau penyakit payudara jinak (bukan kanker). Orang yang sudah pernah mengalami penyakit payudara sebelumnya, memiliki resiko tinggi untuk terkena kanker payudara.
- Risiko genetik atau riwayat kanker dalam keluarga. Orang yang memiliki keluarga dengan penyakit kanker, beresiko untuk terkena kanker juga.
- Dense Breast tissue (payudara padat). Payudara terdiri dari jaringan lemak dan jaringan payudara. Beberapa wanita memiliki jaringan payudara yang lebih banyak daripada jaringan lemaknya. Saat di tes mammogram, hasilnya akan terlihat putih sehingga sulit menemukan adanya sel kanker. Wanita dengan payudara padat memiliki resiko 4-6 kali lebih tinggi terkena kanker payudara.
- Riwayat reproduksi dengan paparan hormon estrogen yang tinggi. Terpapar hormon estrogen dalam waktu yang lama dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Kadar estrogen tertinggi pada wanita yaitu pada saat menstruasi.
- Mensitruasi di bawah usia 12 tahun
- Menopuse di usia lebih tua (lebih dari 55 tahun).
- Melahirkan di usia lebih tua (35 tahun lebih) atau tidak pernah melahirkan sama sekali.
- Melakukan terapi hormon untuk menopause. Menjalani hormon terapi hormon estrogen dan progestin untuk wanita menopouse dapat meningkatkan resiko kanker payudara.
- Paparan radiasi ke dada atau payudara. Radiasi saat melakukan terapi kanker payudara dapat meningkatkan resiko munculnya kanker payudara. Resiko muncul 10 tahun kemudian setelah terapi, tergantung seberapa banyak radiasi yang diberikan dan umur saat memulai terapi. Resiko tertinggi adalah saat melakukan terapi di masa remaja, dimana payudara sedang berkembang.
- Obesitas. Obesitas dapat meningkatkan resiko kanker payudara, terutama pada wanita menopuse yang tidak melakukan terapi hormon.
- Mengkonsumsi alkohol. Orang yang mengkonsumsi alkohol memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena kanker payudara.
Faktor Protektif Kanker Payudara
- Riwayat reproduksi dengan paparan hormon estrogen yang rendah.
- Melahirkan di usia cukup. Kadar estrogen rendah saat kehamilan. Wanita yang melahirkan di usia 20 tahun beresiko lebih rendah terkena kanker payudara daripada yang tidak melahirkan sama sekali atau melahirkan di usia 35 tahun.
- Menyusui. Hormon estrogen akan tetap rendah ketika wanita menyusui. Maka dari itu, wanita yang menyusui akan lebih rendah resiko terkena kanker payudara daripada wanita yang memiliki anak namun tidak menyusui.
- Melakukan terapi hanya dengan hormon estrogen, tidak dikombinasi dengan progestin. Terapi ini memungkinkan untuk menekan resiko terjadinya kanker payudara terhadap wanita yang menjalani hysterectomy atau manopause.
- Selective Estrogen Receptor Modulators (SERMs). Tamoxifen dan Raloxifene termasuk dalam golongan obat SERMs yang secara klinis bekerja seperti estrogen di beberapa jaringan, namun tidak menimbulkan efek estrogen pada jaringan tertentu.
- Inhibitor aromatase (anastrozole, letrozole) dan inactivator (exemestane) menurunkan risiko kekambuhan dan kasus baru pada wanita yang memiliki riwayat kanker payudara. Inhibitor aromatase juga menurunkan risiko kanker payudara pada wanita berikut ini:
- Wanita pasca manopause dengan riwayat kanker payudara
- Wanita tanpa riwayat kanker payudara yang berusia 60 tahun ke atas dan pernah mengalami Karsinoma duktal in-situ.
Sebelum manopause, ovarium dan organ tubuh lainnya menghasilkan estrogen. Setelah manopause, ovarium tidak menghasilkan estrogen, namun organ lainnya tetap memproduksi. Inhibitor aromatase menghentikan produksi tersebut di seluruh tubuh.
- Mastektomi Preventif. Mastektomi preventif adalah tindakan menghilangkan jaringan payudara sehat untuk mencegah terjadinya kanker payudara. Tindakan ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki resiko tinggi terkena kanker payudara.
- Ovarian ablation. Jenis terapi hormon ini dapat menjadi pilihan bagi wanita yang belum mengalami menopause. Ovarian ablation dilakukan dengan cara mengangkat atau menutup ovarium sehingga produksi estrogen berhenti.
- Cukup Olahraga. Wanita yang rutin melakukan olahraga 4 kali satu jam dalam seminggu, mampu menggurangi resiko kanker payudara.
Deteksi Dini Kanker Payudara
Sebelum melakukan tindakan untuk mendeteksi dini adanya kanker payudara, kita perlu mengetahui tanda dan gejala tidak normal pada payudara, yaitu:
- Terdapat benjolan keras di payudara atau ketiak, biasanya tidak sakit
- Ruam atau gatal-gatal di area puting
- Puting mengeluarkan darah atau lendir
- Kulit di area atas payudara menebal dan bengkak seperti kulit jeruk
- Perubahan pada puting, seperti masuk ke dalam
Deteksi dini kanker payudara diharapkan dapat mengobati kanker sedini mungkin sehingga mencegah kanker semakin ganas serta menekan kematian akibat kanker. Ada 3 cara dalam mendeteksi dini kanker payudara, yaitu:
1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
Pemeriksaan ini sebaiknya rutin dilakukan setiap bulan setelah 7-10 hari dari hari pertama haid.
Meraba
Raba payudara dengan kedua tangan dengan menggunakan tiga jari bagian tengah. Tindakan ini dapat dilakukan dengan posisi berdiri atau terlentang.
Lakukan 3 macam pijatan, yaitu pijatan ke arah tengah puting, pijatan ke atas dan ke bawah, dan pijatan dengan arah memutar. Lakukanlah hal ini pada kedua payudara. Rasakanlah, apakah ada benjolan? Lihat dan amati, apakah ada cairan yang keluar?
Melihat
Berdirilah tegak di depan cermin. Amati ukuran, bentuk dan warna payudara, apakah terdapat tanda-tanda kanker payudara yang sudah disebutkan sebelumnya? Amati dari berbagai posisi, kedua tangan di samping, kedua tangan di pinggang, kedua tangan di angkat ke atas.
Memeriksa
Jika terdapat perubahan pada payudara, segera periksakan ke layanan kesehatan terdekat.
2. Periksa Payudara Klinis (SADANIS)
Pemeriksaan payudara klinis prosesnya sama dengan SADARI, namun dilakukan oleh petugas kesehatan. Memeriksa sendiri di rumah memang lebih praktis, nyaman dan tanpa biaya, namun pemeriksaan dengan tenaga ahli tentu akan lebih akurat hasilnya.
Terkadang orang tidak menyadari tanda-tanda kanker payudara sehingga datang ke rumah sakit ketika benjolan sudah cukup besar. Pemeriksaan ini dilakukan 1 kali dalam 3 tahun untuk usia 20-40 tahun, sedangkan usia di atas 40 tahun disarankan 1 tahun sekali.
3. Screening Kanker Payudara Lebih Lanjut pada Wanita Resiko Tinggi
Screening adalah mendeteksi tanda-tanda kanker sebelum muncul gejala. Screening bertujuan untuk mendeteksi dini kanker payudara agar segera dapat dilakukan pengobatan. Jika dalam proses ini ditemukan sel yang tidak normal, maka diperlukan tes selanjutnya yang disebut tes diagnosa.
Mammografi
Mammografi adalah prosedur mengambil gambar pada bagian dalam payudara. Mammogram adalah cara yang paling umum untuk mendeteksi kanker payudara. Mammogram mampu menemukan benjolan kecil yang tidak menimbulkan gejala apapun, cara ini juga mampu menemukan karsinoma duktal in-situ sehingga dapat segera melakukan pencegahan agar tidak menjadi kanker invasif.
Umumnya prosedur ini disarankan untuk wanita usia di atas 35 tahun dan tidak menyusui. Mammogram diusia 40 ke atas akan lebih mudah terdeteksi karena jaringan payudara lebih sedikit sehingga jika terdapat bintik putih mudah terdeteksi. Sedangkan untuk ibu menyusui atau wanita dengan payudara padat, keberadaan kanker payudara sulit terdeteksi dengan mammogram karena jaringan payudara dan kanker sama-sama terlihat berwarna putih.
USG
Ultrasonografi (USG) adalah pelengkap mammogram, tidak bisa mendeteksi kanker secara mandiri. USG berfungsi melihat perubahan yang terkadang tidak terlihat di mammogram, seperti benjolan atau rongga berisi cairan yang tidak berpotensi menjadi kanker.
MRI
MRI digunakan untuk wanita yang memiliki resiko tinggi terhadap kanker payudara. Pemeriksaan MRI menggunakan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk mengambil detail gambar dari area di dalam tubuh. MRI tidak menggunakan X-Ray sehingga pasien tidak terpapar radiasi. MRI lebih memungkinkan menemukan benjolan yang bukan kanker daripada mammografi.
Pengobatan Kanker Payudara
Setelah seseorang didiagnosis dengan kanker payudara, maka akan diketahui jenis kankernya, besar ukurannya dan seberapa luas penyebaran kanker dari awal perkembangannya. Selanjutnya, setelah pemeriksaan klinis lainnya, barulah dokter akan menentukan pengobatan apa yang tepat untuk menanganinya.
Ada berbagai macam cara untuk mengobari kanker payudara, bisa dengan cara pembedahan, terapi hormon, radioterapi, kemoterapi atau gabungan dari metode-metode tersebut.
Pembedahan
Bedah Lumpektomi, yaitu pembedahan untuk mengangkat jaringan yang bermasalah dan sebagian kecil jaringan sehat di sekitarnya. Biasanya bedah ini dilakukan pada kanker payudara yang masih berukuran kecil.
Bedah Mastektomi, yaitu pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat seluruh jaringan payudara.
Bedah pengangkatan kelenjar getah bening, mengangkat sebagian kecil atau beberapa kelenjar getah bening untuk mencegah penyebaran sel kanker.
Terapi Hormon
Terapi hormon dilakukan sebelum atau sesudah pembedahan. Tujuannya untuk memperlambat penyebaran sel kanker dan untuk mencegah sel kanker tumbuh lagi. Sel kanker sangat sensitif terhadap hormon estrogen dan progesteron.
Radioterapi
Prosedur pengobantan ini menggunakan sinar x-ray dan proton atau sinar yang berkekuatan tinggi untuk menghancurkan sel kanker. Radioterapi bisa dilakukan dengan mesin eksternal, atau dengan cara memasukkan material radioaktif ke dalam tubuh pasien.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan dengan cara memasukkan obat khusus ke dalam tubuh, bisa melalui diinfus atau diminum. Kemoterapi adalah pengobatan yang paling umum dikenal untuk pengobatan kanker. Prosedur ini diberikan sebelum pembedahan untuk memperkecil ukuran kanker agar mudah diangkat. Bisa juga diberikan setelah pembedahan untuk memberantas sel kanker yang tertinggal.
Pentingnya Pergi ke Pusat Penanganan Kanker Terintegrasi
Hidup berdampingan dengan kanker memang tidak mudah. Perlu keluarga, teman atau bahkan ahli medis yang mampu memberikan dukungan agar terus bersemangat melawan kanker.
Sangat disayangkan jika sampai terlambat seperti Bu lek saya. Salah satu faktor yang membuat Bu lek saya enggan pergi ke fasilitas kesehatan karena lamanya waktu menunggu antrian, takut akan pelayanan yang tidak ramah, takut akan keadaan pasca pengobatan, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, jika ada keluarga, tetangga atau teman dekat yang mengalami gejala kanker, segera sarankan untuk pergi ke pusat penanganan kanker terintegritas. Seperti Adi Husada Cancer Center (AHCC) di Surabaya misalnya.
Salah satu pusat pelayanan kanker yang sudah berpengalaman selama 90 tahun. Berdiri sejak tahun 2017, dengan fasilitas yang lengkap dan terpadu. Mulai dari proses skrining, diagnosis dengan analisis menyeluruh, mendampingi mulai dari pengobatan, perawatan hingga pemulihan.
Tidak hanya kanker payudara, AHCC menangani berbagai macam kasus kanker lainnya, seperti kanker serviks, kanker nasofaring, kanker prostat, kanker ovarium, kanker usus, kanker hati, leukimia dan limfoma non-hodgkin. Semua jenis kanker tersebut akan ditangani oleh dokter-dokter spesialis AHCC serta staff yang kompeten di bidangnya.
Fasilitas dan Layanan
AHCC memiliki fasilitas yang lengkap serta menggunakan teknologi mutakhir. Fasilitas untuk tes diagnosis yang ditawarkan ada skrining, CT Scan, Endoscopi, Rontgent, MRI, Mammogram, dan USG. Selanjutnya untuk perawatan, AHCC menggunakan prosedur kemoterapi, pembedahan, radioterapi atau kombinasi ketiganya.
AHCC sangat memprioritaskan pasien, jadi jangan kawatir dengan pelayanannya. Paisen yang didiagnosis kanker di AHCC akan dianalisis faktor resikonya secara akurat, kemudian akan dibuatkan rencana pengobatan yang sesuai dengan kondisi pasien. AHCC pun akan terus mendampingi, tidak hanya saat proses pengobatan dan perawatan, tapi juga pada masa pemulihan.
AHCC merangkul pasien dengan misinya, yaitu menyentuh dan mengubah hidup pasien melebihi pengobatan kanker biasa, sehingga berefek terhadap kualitas hidup pasien serta keluarga tercinta. Dengan dukungan orang terdekat, fasilitas kesehatan yang lengkap, harapan untuk sehat sedia kala akan terbuka lebar.
Maka jangan ragu untuk memberikan informasi tentang kanker payudara kepada orang-orang terdekat, jangan ragu untuk memeriksakan diri dan berkonsultasi pada petugas kesehatan, serta bersemangatlah melakukan pengobatan jika terdiagnosa kanker payudara. Jika anda ingin memeriksakan diri ke AHCC, bisa datang langsung ke lokasi, atau membuat janji melalui website AHCC. Anda akan diarahkan ke nomor whatsapp yang fast respon.
Bersama kita saling menguatkan untuk menekan angka kasus baru, kesakitan, seta kematian akibat kanker payudara.
Referensi
https://ahcc.co.id
https://www.cancer.gov
https://www.ngopibareng.id
https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf
2 Komentar. Leave new
penting banget SADARI ya
dan support dari orang orang terdekat tetep diperlukan
betuuul sekaliii