
https://www.rawpixel.com/
Umur berapakah sebaiknya menyapih anak? Tidak ada patokan yang pasti umur berapa harusnya ibu menyapih anak. Semua tergantung pada kesiapan ibu dan anak untuk menghentikan proses breast feeding atau menyusui. ASI sesungguhnya tetap memiliki banyak manfaat, meski kebutuhan anak terhadap ASI akan berkurang seiring usianya bertambah.
Kebetulan saya adalah seorang muslim, menyapih anak menurut islam dianjurkan hingga anak usia 2 tahun. Lebih tepatnya 2 tahun 3 bulan saya baru memulai menyapih si kecil Aisyah.
Proses menyapih berdasarkan pengalaman saya pribadi, dibagi menjadi 2 bagian yaitu Pra Menyapih dan Proses Menyapih. Saya juga akan membagikan pengalaman bagaimana melatih anak tidur sendiri tanpa digendong sebelum tidur.
Pra Menyapih
Kenapa saya bilang Pra Menyapih? Karena sebenarnya tanpa saya sadari, proses menyapih sudah dimulai sejak anak saya berusia 1 tahun. Saya mulai memberikan susu UHT kepadanya tepat ketika dia menginjak usia 1 tahun. Sejak saat itu, intensitas menyusui di siang hari mulai berkurang.
Bahkan jika saya dan keluarga bepergian ke luar rumah, dia mampu tidak minum ASI seharian.
Jadi pada proses Pra Menyapih ini, intensitas menyusui di siang hari perlahan-lahan dikurangi. Bisa dengan cara memberikan susu formula atau UHT sebagai tambahan makanan, bisa juga dengan menambah camilan sehat agar anak menjadi lebih kenyang. Sekali lagi ini pilihan masing-masing ibu ya…
Pada awalnya, anak saya tidak terbiasa minum susu selain ASI. Dalam sehari dia hanya menghabiskan 1 botol susu UHT kemasan 120ml. Minumnya sistem kredit, itupun belum tentu habis satu botol. Itulah mengapa saya lebih memilih susu UHT daripada susu formula, karena susu UHT bisa disimpan di kulkas jika tidak habis diminum.
Proses Menyapih
Ketika usianya 2 tahun, saya masih membulatkan tekad untuk benar-benar melakukan proses menyapih sambil terus sounding pada si kecil “Eh, Aisyah udah besar ya? Nanti udah nggak minum susu bunda lagi… ini punya adek bayi bukan punya anak besar lagi.” Entah dia mengerti atau tidak pokoknya saya sounding saja begitu setiap hari.
Jadilah 2 tahun 3 bulan saya baru benar-benar memulai proses menyapih.
Saya memulainya dengan tidak menyusui di siang hari, sedangkan malam hari tetap memberikan ASI. Tidak mudah memang bagi saya dan si kecil, karena selama 2 tahun tidak pernah sehari pun tidak minum ASI.
Rewel? tentu saja. Terutama saat dia mau tidur. Karna memang menyusui adalah proses pengantar tidurnya. Kalau tidak menyusu ya tidak bisa tidur.
Melatih Anak Tidur Sendiri
Namanya juga belajar kan? Awalnya tentu sulit, lama-lama dia akan tau bagaimana caranya tidur tanpa menyusu. Jika dia rewel karena mengantuk, saya menaruhnya di tempat tidur dan memeluknya. Jika itu tidak membuatnya tidur saya menggendongnya. Saat dia mulai setengah tidur, saya menaruhnya di tempat tidur.
Jika dia bangun dan menangis, saya gendong lagi. Saat mulai setengah tidur, saya tidurkan lagi di tempat tidurnya. Begitu seterusnya hingga dia tertidur.
Kenapa saya melakukan itu? Saya pernah membaca suatu artikel, dengan menaruhnya di tempat tidur saat dia setengah tidur, dia akan mengenal rasanya terlelap di kasur. Berbeda jika ia terbiasa terlelap di dalam gendongan, maka dia tidak akan pernah belajar tidur sendiri di kasurnya.
Bahkan di dalam buku Ensiklopedia Perkembangan Bayi oleh Su Laurent, untuk melatih tidur sebaiknya kita hanya ada disekitarnya saja dan memegang tangannya jika dia menangis. Jangan menggendongnya.

https://www.pexels.com/
Tapi bagi saya, untuk konsisten melatih tidur seperti itu sangatlah sulit. Beberapa hari melakukannya saya capek juga, dan kasihan sama si kecil. Akhirnya saya gendong dia sampai terlelap, baru menidurkannya di tempat tidur.
Menyapih pada malam hari prosesnya sama dengan menyapih di siang hari. Namun tentu rasa lelahnya berbeda. Dukungan dari suami sangat berarti. Saat anak rewel tengah malam, saya dan suami gantian menenangkan dan menggendong si kecil.
Proses drama sebelum tidur itu ternyata tidak berlangsung lama. Padahal menurut pengalaman teman-teman yang sudah lebih dulu menyapih anaknya, drama rewel sebelum tidur ini bisa sampai sebulan lamanya. Saya pun sudah mempersiapkan itu.
Entah karena pengaruh melatih anak tidur sendiri di kasur yang sempat saya terapkan itu, atau bukan, hanya membutuhkan waktu seminggu untuk Aisyah bisa tidur sendiri tanpa rewel.
Oya, dalam proses menyapih ini ada satu keajaiban yang membantu saya. Tiba-tiba di pertengahan minggu, si kecil tidak mau menyusu ketika melihat ASI keluar dari puting. Akhirnya, setiap kali dia ingin menyusu, saya keluarkan sedikit ASInya, dan dia menolak dengan sendirinya.
Saya memang tidak berniat menipunya dengan mewarnai puting dengan pewarna merah, atau mengolesnya dengan pait-paitan seperti brotowali. Semua proses terjadi dengan alami.
Sejujurnya saya tidak mengerti bagaimana proses menyapih dengan cinta. Saya juga tidak tau apakah proses menyapih yang saya jalani ini sudah termasuk proses menyapih dengan cinta atau bukan. Tapi yang jelas, dengan proses bertahap seperti ini, saya tidak merasakan payudara sakit, Aisyah juga tidak terlalu lama dramanya saat mau tidur.
Proses menyapih setiap orang bisa berbeda-beda, baik cara maupun durasi dramanya. Ini hanya sekelumit pengalaman saya dari ribuan pengalaman ibu lainnya dalam menyapih anak. Semoga bisa bermanfaat untuk kalian semua ya!